BERDOA, BERSUARA, BERBUAT, MENCONTOH(KAN), HANYA UNTUK MENCARI RIDHO MU YA RABB

Senin, 16 November 2009

Keterlibatan Masyarakat Dalam Kampanye Perubahan Iklim


Oleh: Agam Syahrul Khalifiani

Earth Hour merupakan kampanye perubahan iklim global WWF yang menghimbau individu, pelaku bisnis, dan pemerintah untuk mematikan lampu selama 1 jam sebagai bentuk dukungan terhadap upaya penanggulangan perubahan iklim.Earth Hour awalnya merupakan kampanye kolaborasi antara WWF-Australia, Fairfax Media, dan Leo Burnett untuk kota Sydney dengan tujuan mengurangi gas rumah kaca sebanyak 5% pada tahun 2007. Maksud kampanye ini adalah agar aksi ini dapat diadopsi oleh warga masyarakat, bisnis serta pemerintah lain di seluruh dunia sehingga dapat menunjukkan bahwa aksi individu yang dilakukan secara global dapat mengubah bumi kita lebih baik. Pada tahun 2008, jumlah partisipan bertambah menjadi 50 juta orang di 35 negara.Di tahun 2009, Earth Hour targetkan jangkau 1 milyar orang di 1000 kota di dunia. Acara ini sendiri tidak hanya akan menunjukkan secara nyata hubungan antara penggunaan energi dan perubahan iklim di setiap negara yang berpartisipasi, tetapi juga agar masyarakat luas dapat menanggulangi ancaman terbesar yang dihadapi oleh bumi.

Perubahan Iklim, Sebuah Masalah

Perubahan Iklim merupakan peristiwa yang alami. Namun berbeda, jika perubahan iklim diakibatkan karena ulah manusia. Ketika pelepasan sejumlah besar gas CO2 rumah kaca ke atmosfir hingga menyebabkan naiknya rata-rata temperature bumi secara tidak wajar akan menimbulkan gejolaj baru yaitu pemanasan global. Gas CO2 memang mempunyai peranan penting untuk mempertahankan suhu bumi dengan kemampuannya meyimpan panas yang membuat stabilnya suhu atmosfir. Berbeda ketika produksi gas CO2 meningkat sehingga panas yang dimiliki bumi berlebihan.

Peristiwa kebakaran hutan, banjir, mencair nya es di kutub, menjadi bukti nyata selain terdengar keluhan para petani akibat berubahnya masa panen dan tanam yang tidak menentu. Perubahan iklim menjadi isu yang hangat, ketika para pemimpin dunia berkumpul untuk membahas untuk mendapatkan solusi. World Wild Fund (WWF) sebagai organisasi non pemerintah ikut andil dalam kampanye perubahan iklim dengan salah satu tema yang mereka usung yaitu EARTH HOUR. Kampanye gencar yang dilakukan melalui berbagai media, dari cetak sampai elektronik.

Kampanye Lingkungan

Banyak cara untuk menyalurkan informasi yang ingin disampaikan kepada khalayak banyak. Berbagai alternative media bisa dengan mudah kita pergunakan untuk proses penyampaian informasi. Isu mengenai Perubahan Iklim menjadi pusat perhatian beberapa tahun belakangan ini. Al-Gore mengawali kampanyenya mengenai perubahan iklim menggunakan media film dokumenter (audio visual). Walaupun disinyalir film dibuat untuk menaikkan namanya setelah kekalahannya dalam pencalonan sebagai Presiden Amerika.

Peringatan Hari Bumi yang jatuh setiap tanggal 21 April juga digunakan para pecinta lingkungan Indonesia, mengkampanyekan isu lingkungan dengan berbagai cara. Event besar digelar pada lapangan Senayan yang menyajikan informasi berisikan pengetahuan bagaimana memperlakukan lingkungan dan sejumlah aksi lapangan berupa teaterikal di wilayah bundaran Hotel Indonesia yang mengambarkan kondisi bumi saat ini.

Penulis amati, isi dari kegiatan-kegiatan Hari Bumi banyak informasi berguna dalam melakukan “penyelamatan” bumi secara individu maupun dalam kelompok masyarakat. Efek mencairnya gunung es di daerah kutub dibuat bantuan audio visual yang membahana ruangan masuk. Karikatur “Benny and Mice” ikut meramaikan event dengan bahasan yang menarik mengenai lingkungan. Poster-poster serta instalasi seni dibuat dengan penggambaran bahwa melakukan penyelamatan bumi bisa dilakukan pada lingkungan keseharian kita. Seperti “Think before print!” pada ruangan kantor, “gunakan timer pada AC” pada rumah, dan lainnya yang dapat menggugah pengunjung. Tidak tertinggal media cetak dan elektronik ikut menyiarkan berita-berita maupun informasi mengenai isu lingkungan. Namun kampanye cepat berlalu, hanya sebagian masyarakat yang menerima informasi tersebut.

Kampanye Efektif dengan melibatkan Masyarakat

Kampanye menggunakan media cetak dan elektronik mempunyai keterbatasan akan penerima informasi. Media massa seperti halnya Koran, majalah, sampai dengan radio dan televisi, mempunyai masa yang relative pendek untuk penyampaian sebuah pesan. Belum lagi terhadang dengan konlomerasi media seperti yang diutarakan Febye Lumru. Bahwa isu lingkungan akan sulit masuk kedalam mainstream media massa karena kini keberadaan mereka lebih merupakan instrument perdagangan.

Secara tidak sadar kita banyak menemukan slogan dengan isu lingkungan seperti kampanye anti tas plastik, hari menanam pohon, memilah sampah organic non-organic. Pertanyaannya adalah, mengapa masyarakat tidak dilibatkan secara langsung dalam kampanye tersebut?

Tanggal 28 Maret 2009 lalu sebagian lampu di jakarta dipadamkan sebagai kampanye perubahan iklim yang melibatkan masyarakat secara langsung. Partisipasi masyarakat dalam lingkungan rumah merupakan bagian dari kampanye perubahan iklim. Sebelum hari H informasi disebarkan melalui berbagai media. Mencenangkan lagi masyarakat secara partispatif ikut mendengungkan perihal kampanye tersebut yang banyak dilakukan melalui internet. Jejaring sosial sesak dipenuhi dengan ajakan mematikan lampu selama satu jam. Tak tertinggal para blogger mengisi blog mereka dengan seruan mengajak pembacanya ikut terlibat dalam kampaye tersebut.

Secara awam masyarakat lebih memahami konteks energi dan perubahan iklim dalam kampaye mematikan lampu selama satu jam. Tahun lalu hampir seluruh masyarakat Indonesia, tak terkecuali Jakarta, mengalami arti dari kekurangan energi melalui pemadaman listrik secara bergilir. Apalagi beberapa bulan yang lalu masyarakat menerima kabar naiknya tarif dasar listrik.

Kampanye tersebut secara visual dilambangkan dengan Logo Earth Hour '60', menunjukkan 60 menit kampanye Earth Hour dimana fokus perhatiannya adalah dampak yang dialami oleh bumi dan tindakan positif dalam menanggulangi masalah tersebut. Estimasi dilakukan dengan apabila mematikan lampu di DKI Jakarta dan sekitarnya selama 1 jam sama dengan mengurangi beban sekitar 300 MWh atau setara dengan mematikan satu pembangkit listrik dan mengurangi 284 ton CO2! Selain itu, hal ini juga secara rata-rata dapat mengurangi beban biaya listrik Jakarta sekitar Rp. 200 Juta.

Banyak kampanye yang dapat melibatkan peran serta masyarakat. Penulis pernah mewancarai kepala RW komplek rumah di wilayah cipinang, Jakarta Timur. Komplek perumahan tersebut dicanangkan sebagai “Kampung Biopori”. Wilayah perumahan yang menerapkan lubang resapan biopori dan mengolah sampah organic menjadi pupuk. Melibatkan masyarakat dalam kampanye isu lingkungan, dengan cepat masyarakat berkontribusi dalam perubahan iklim. Seperti yang dikatakan Direktur Program Iklim dan Energi WWF "Kegiatan satu hari Earth Hour ini adalah aksi simbolis. Faktor terpenting yang menen -tukan keberhasilan Earth Hour dalam penanggulangan perubahan iklim adalah perubahan gaya hidup menjadi hemat energi dalam jangka panjang."

0 komentar: